![]() |
Penyelaman dalam Operasi Sar untuk Mencari 3 Penyelam Hilang di Pulau Sangiang (Foto: Analisadaily) |
SUKASELAM.COM, Jakarta – Dalam catatan Sukaselam, operasi
sar terhadap 3 penyelam warganegara China dan Singapura yang hilang di situs
selam Berlin Wall, Pulau Sangiang, Banten, sejak akhir pekan lalu, Minggu
(3/11), hingga hari ini Senin (11/11), adalah operasi sar terbesar untuk
mencari penyelam yang hilang dalam penyelaman rekreasi.
Tak kurang 7
kapal dilibatkan dalam operasi ini (diantaranya Kapal Tamposo, Kapal Badak, dan
Kapal Sangiang milik Marinir TNI Angkatan Laut; Kapan Sar Drupada dan Basudewa
milik Basarnas Banten; dan Kapal 1007 dan Kapal 1019 milik Polairud Polda
Banten), 4 helikopter (1 helikopter bantuan Mabes Polri, 1 helikopter Basarnas
Banten, dan 2 helikopter sewaan sumbangan dari keluarga korban), 6 penyelam
militer dari Tim Intai Amfibi (Taifid) Marinir TNI AL, 10 penyelam Basarnas
Banten, drone bawah laut (ROV/Remoted Operated Vehicle) milik Polairud Polda
Banten, 1 mobile hiperbaric chamber milik Marinir TNI AL, dan lebih 150
personil dan berbagai unit rescue di Banten terlibat dalam pencarian massal dan
masif.
Zona operasi sar dibagi dalam 4 zone; selain pencarian masif melalui penyelaman di lokasi titik masuk, pengamatan dengan drone, penyisiran sekitar titik masuk penyelaman, dan pengamatan dari udara di sekitar lokasi titik masuk penyelaman; penyisiran dan pemantauan dari udara juga dilakukan hingga perairan Kepulauan Krakatau, Taman Nasional Ujung Kulon, dan wilayah perairan Lampung Selatan. Hasilnya hingga hari ini masih nol.
“Total
wilayah yang sudah kami sisir sekira 7.875 Nautical Mile,” ujar Zaenal Arifin,
Kepala Basarnas Banten, yang memimpin operasi pencarian, Sabtu (09/11), di
Merak, Banten.
Ini
merupakan operasi SAR untuk mencari penyelam hilang terbesar, sejak operasi SAR
yang mengharubiru dan menjadi perhatian internasional oleh Basarnas Labuan Bajo
pada dua tahun lalu untuk mencari penyelam asal Singapura, Rita Paul Mukkam (40
tahun), yang hilang dalam penyelaman di situs Gili Lawa laut, Taman Nasional
Komodo.
Proses
pencarian penyelam Rita Paul Mukkaml 2 tahun lalu, bahkan sempat mendorong solidaritas pengumpulan
dana melalui media sosial untuk membiayai operasi SAR tambahan. Dana yang
terkumpul jutaan, dan digunakan untuk menyewa helikopter tambahan. Sebuah
iming-iming hadiah sebesar Rp 1,3 miliar juga ditawarkan dua tahun lalu, untuk para
nelayan yang bisa menemukan jejak atau jasadnya. Namun, 10 hari operasi SAR tak
membuahkan hasil.
Akankah
operasi SAR di Pulau Sangiang ini akan mengalami hal serupa? Kita tidak tahu.
Kita tentu berharap akan bisa menemukan jejak-jejak atau pun jasad para korban.
Tetapi yang lebih penting, kita cukup respeklah dengan kekuatan profesional
kemampuan rescue laut di Indonesia. Operasi ini semoga diliput media luar,
untuk membangun branding bahwa dunia
penyelaman rekreasi di Indonesia juga didukung dengan kemampuan SAR yang
mumpuni.
Pulau
Sangiang adalah destinasi penyelaman paling berbahaya di antara spot-spot selam
yang ada di sekitar Jakarta. Inilah Crystal Bay-nya Jakarta, dan Gili Lawa-nya
Jakarta. Tahun lalu juga terjadi kecelakaan selam di lokasi ini, 1 penyelam
dari Jakarta hilang tak berbekas, dan tidak ada operasi SAR besar-besaran
seperti sekarang. Dan ingatan paling kuat, tahun 2013 lalu, kapal pesiar selam
KM Krakatoa mengalami kecelakaan juga di sekitar lokasi ini, kemudian tenggelam
dan 2 penyelamnya hilang tak pernah ditemukan jejaknya hingga kini.
Kita menunggu hingga hari ke-10, hari terakhir jadwal operasi SAR hilangnya 3 penyelaman asal China dan Singapura di Pulau Sangiang ini, sebelum kasusnya kemudian ditutup. Semoga jasad atau jejaknya bisa ditemukan hingga sebelum batas deadline operasi SAR berakhir. Agar operasi SAR kecelakaan selam tidak selalu akan berakhir dengan sia-sia. ***
SS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar