Senin, 11 November 2019

7 Kapal, 4 Helikopter, Drone ROV dan Penyelam Militer Dikerahkan di Sangiang; Operasi SAR Terbesar

Penyelaman dalam Operasi Sar untuk Mencari 3 Penyelam Hilang di Pulau Sangiang (Foto: Analisadaily)

SUKASELAM.COM, Jakarta – Dalam catatan Sukaselam, operasi sar terhadap 3 penyelam warganegara China dan Singapura yang hilang di situs selam Berlin Wall, Pulau Sangiang, Banten, sejak akhir pekan lalu, Minggu (3/11), hingga hari ini Senin (11/11), adalah operasi sar terbesar untuk mencari penyelam yang hilang dalam penyelaman rekreasi.  


Tak kurang 7 kapal dilibatkan dalam operasi ini (diantaranya Kapal Tamposo, Kapal Badak, dan Kapal Sangiang milik Marinir TNI Angkatan Laut; Kapan Sar Drupada dan Basudewa milik Basarnas Banten; dan Kapal 1007 dan Kapal 1019 milik Polairud Polda Banten), 4 helikopter (1 helikopter bantuan Mabes Polri, 1 helikopter Basarnas Banten, dan 2 helikopter sewaan sumbangan dari keluarga korban), 6 penyelam militer dari Tim Intai Amfibi (Taifid) Marinir TNI AL, 10 penyelam Basarnas Banten, drone bawah laut (ROV/Remoted Operated Vehicle) milik Polairud Polda Banten, 1 mobile hiperbaric chamber milik Marinir TNI AL, dan lebih 150 personil dan berbagai unit rescue di Banten terlibat dalam pencarian massal dan masif. 

Zona operasi sar dibagi dalam 4 zone; selain pencarian masif melalui penyelaman di lokasi titik masuk, pengamatan dengan drone, penyisiran sekitar titik masuk penyelaman, dan pengamatan dari udara di sekitar lokasi titik masuk penyelaman; penyisiran dan pemantauan dari udara juga dilakukan hingga perairan Kepulauan Krakatau, Taman Nasional Ujung Kulon, dan wilayah perairan Lampung Selatan. Hasilnya hingga hari ini masih nol. 

“Total wilayah yang sudah kami sisir sekira 7.875 Nautical Mile,” ujar Zaenal Arifin, Kepala Basarnas Banten, yang memimpin operasi pencarian, Sabtu (09/11), di Merak, Banten.

Ini merupakan operasi SAR untuk mencari penyelam hilang terbesar, sejak operasi SAR yang mengharubiru dan menjadi perhatian internasional oleh Basarnas Labuan Bajo pada dua tahun lalu untuk mencari penyelam asal Singapura, Rita Paul Mukkam (40 tahun), yang hilang dalam penyelaman di situs Gili Lawa laut, Taman Nasional Komodo. 

Proses pencarian penyelam Rita Paul Mukkaml 2 tahun lalu, bahkan sempat mendorong solidaritas pengumpulan dana melalui media sosial untuk membiayai operasi SAR tambahan. Dana yang terkumpul jutaan, dan digunakan untuk menyewa helikopter tambahan. Sebuah iming-iming hadiah sebesar Rp 1,3 miliar juga ditawarkan dua tahun lalu, untuk para nelayan yang bisa menemukan jejak atau jasadnya. Namun, 10 hari operasi SAR tak membuahkan hasil. 

Akankah operasi SAR di Pulau Sangiang ini akan mengalami hal serupa? Kita tidak tahu. Kita tentu berharap akan bisa menemukan jejak-jejak atau pun jasad para korban. Tetapi yang lebih penting, kita cukup respeklah dengan kekuatan profesional kemampuan rescue laut di Indonesia. Operasi ini semoga diliput media luar, untuk membangun branding bahwa dunia penyelaman rekreasi di Indonesia juga didukung dengan kemampuan SAR yang mumpuni.

Pulau Sangiang adalah destinasi penyelaman paling berbahaya di antara spot-spot selam yang ada di sekitar Jakarta. Inilah Crystal Bay-nya Jakarta, dan Gili Lawa-nya Jakarta. Tahun lalu juga terjadi kecelakaan selam di lokasi ini, 1 penyelam dari Jakarta hilang tak berbekas, dan tidak ada operasi SAR besar-besaran seperti sekarang. Dan ingatan paling kuat, tahun 2013 lalu, kapal pesiar selam KM Krakatoa mengalami kecelakaan juga di sekitar lokasi ini, kemudian tenggelam dan 2 penyelamnya hilang tak pernah ditemukan jejaknya hingga kini.

Kita menunggu hingga hari ke-10, hari terakhir jadwal operasi SAR hilangnya 3 penyelaman asal China dan Singapura di Pulau Sangiang ini, sebelum kasusnya kemudian ditutup. Semoga jasad atau jejaknya bisa ditemukan hingga sebelum batas deadline operasi SAR berakhir. Agar operasi SAR kecelakaan selam tidak selalu akan berakhir dengan sia-sia. ***

SS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar