Jumat, 09 November 2018

Penyelam ‘Technical Diving’ Hilang di Pemuteran

Operasi SAR Buleleng (Foto: balipost)
SUKASELAM.ID, Bali – Sudah lebih dari satu bulan, penyelam ‘technical diving,’ Bernd Klaus Watzinger (62 tahun), warga Jerman di Bali, yang hilang di Teluk Pemuteran, Gerokgak, Buleleng, Bali, belum ditemukan.

Penyelam senior yang mengantongi sertifikat instruktur ‘technical diving’ ini hilang dalam penyelaman seorang diri di sekitar situs Canyon Wreck, Takat Jaran, Teluk Pemuteran, pada 30 September 2018 lalu. 

Menurut berita dari berbagai media massa setempat, Bernd Klaus diketahui turun menyelam seorang diri dengan membawa water scooter dan 4 buah tabung selam. 

Korban yang sudah memiliki banyak pengalaman melakukan penyelaman laut dalam ini, diduga melakukan penyelaman hingga kedalaman 100 meter lebih.

Korban turun ke laut sekitar pukul 09.00 waktu setempat, namun ditunggu hingga sekitar pukul 13.00 tidak juga menampakkan diri kembali ke permukaan laut, sehingga membuat warga setempat kemudian melaporkan ke Polsek Gerokgak.

Pencarian langsung diterjunkan setelah laporan diterima, melibatkan berbagai unit SAR di Pemuteran, seperti SAR Buleleng & Gilimanuk, SAR Jembrana, Polisi Air Polres Buleleng, TNI-AL, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, nelayan setempat, dan komunitas diver di Pemuteran. 

Namun, tidak mendapatkan hasil. 

Sesuai stardard operasi SAR, pencarian intensif telah dilakukan hingga 7 hari, dan atas permintaan keluarga korban ditambah hingga 10 hari, namun tetap tidak menampakkan hasil. Pencarian juga melibatkan helikopter dan penyisiran hingga 3,7 kilometer di sekeliling lokasi penyelaman korban. 

Technical diving adalah teknik penyelaman pada kedalaman lebih 35 meter. Berbagai resiko yang sering dihadapi dalam penyelaman dalam seperti decompression sickness, narcossis, black out, dan kehabisan udara. 

Penyelaman dalam (deep dive) biasanya dilakukan dengan menggunakan skuba rebreather, atau dengan tabung udara biasa. 

Praktek technical diving sudah banyak dilakukan para penyelam di Indonesia. Berbagai dive center di Bali dan Gili Trawangan juga telah menyediakan jasa sertifikasinya. 

Sejauh ini, baru pertama kali ini terjadi kecelakaan selam technical diving di Indonesia. 

Situs Canyon Wreck di Teluk Pemuteran merupakan situs selam populer di Pemuteran, bersama situs Biorock Karang Lestari dan Temple Garden

Terletak di area sekitar tubir Takat Jaran, sebuah takat kecil di tengah Teluk Pemuteran, sekitar 3 mil jaraknya dari garis Pantai Pemuteran. 

Di situs ini terdapat sebuah biowreck berupa kapal bugis sepanjang lebih 30 meter yang ditenggelamkan pada tahun 2005 pada kedalaman sekitar 30 meter.

Satu kompleks dengan situs selam Kuburan Kapal. ***

Penyelam Difabel Tewas di  Tulamben 
Dikutip dari Balipost, peristiwa kecelakaan selam juga dialami penyelam difabel, Ni Wayan Parwati (37 tahun), asal Klungkung, di situs selam Liberty Wreck, Tulamben, Kubu, Karangasem, pada Kamis (9/8). 

Ni Wayan Parwati melakukan penyelaman group dalam rangka mengikuti program pengibaran bendera merah putih di bawah laut yang di adakan oleh salah satu televisi swasta.

Menurut laporan yang dikumpulkan Balipost, kegiatan dimulai pukul 09.00 wita dengan diawali penjelasan kegiatan oleh instruktur selam.

Pada pukul 10.00 wita peserta acara, termasuk korban, melaksanakan penyelaman pengibaran bendera putih. 

Pada saat berada di kedalaman 6 meter, saat melaksanakan pengibaran bendera merah putih selama 13 menit, korban menyatakan dengan kode diving bahwa dirinya dalam kondisi baik-baik saja. 

Selanjutnya korban melakukan finning di seputaran area pengibaran bendera selama 10 menit. 

Setelah itu, buddy selam mengajak korban untuk naik kembali ke permukaan laut. Saat naik, buddy selam sempat memberikan kode dan korban menyatakan baik-baik saja. 

Namun, setelah sampai di permukaan laut, saat buddy selam kembali bertanya, korban tidak menjawab. Saat dipegang kondisi korban sudah lemas. 

Kemudian buddy selam meminta bantuan kepada guide pendamping lain untuk mengevakuasi korban menuju ke pantai dan memberikan pertolongan pertama selama 15 menit. 

Setelah itu korban dievakuasi ke Puskemas Kubu I dan ditangani tim medis. Saat itu korban dinyatakan sudah meninggal dunia. 

Kepala Polisi Sektor Kubu, AKP Made Suadnyana, seperti dikutip dari Balipost mengatakan, pihak keluarga sudah mengiklaskan kematian korban, dan tidak bersedia melakukan tindakan outopsi.

Tidak ditemukan luka kekerasan pada tubuh korban. ***

Kecelakaan Selam di Manokwari
SAR di Pulau Mansinam (Foto: papuakini.com)
Sementara itu, dikutip dari laporan tribratanewspapuabarat, kecelakaan selam juga dilaporkan terjadi di perairan Manokwari, Papua Barat, pada 10 Agustus 2018. 

Penyelam Kiatwansyah (42 tahun), pengusaha asal Batam, yang sedang tergabung dalam trip pinisi pesiar selam Karabosi Explorer, mengalami kecelakaan selam di perairan Pantai Salobar atau Mansinam Beach, di Pulau Mansinam, Manokwari, Papua Barat. 

Kiatwansyah menyelam bersama rombongan 10 penyelam dan 3 pemandu selam, melakukan penyelaman rekreasi di depan Pantai Salobar, 10 Agustus 2018. 

Setelah penyelaman hingga kedalaman sekitar 10 meter, korban merasa mempunyai masalah dalam penyelaman, sehingga kemudian naik kembali ke permukaan laut bersama pemandu. 

Setelah istirahat beberapa saat, korban kemudian menyusul melakukan penyelaman kembali sendirian. Setelah sesi penyelaman selesai, sekitar satu jam, saat semua anggota grup kembali ke permukaan, ia tak nampak. 

Proses pencarian kemudian dilakukan, dan karena tidak ditemukan, pemandu selam kemudian melapor ke Pos SAR setempat.

Gabungan unit SAR Manokwari terdiri dari Polisi Air Polres Manokwari, SAR Manokwari, SAR Papua Barat, Komunitas Molo, dan unit mahasiswa penyelam Unipa, kemudian melakukan pencarian di lokasi dan sekeliling Pulau Mansiman, pulau kecil di depan Kota Manokwari. 

Jasadnya ditemukan enam hari kemudian (16/6) dalam posisi mengambang tidak jauh dari lokasi penyelaman, dengan masih memakai peralatan selam yang lengkap terdiri dari wetsuit, fin, snorkel, masker selam, dan tabung selam. 

Jasadnya kemudian dievakuasi ke rumah sakit setempat untuk mendapatkan penanganan. 
Lokasi penyelaman ini berada di dekat situs selam Mansinam Wreck yang merupakan salah satu situs penyelaman wreck populer di Manokwari. ***

Penyelam Spearfishing Tewas di Sukadana
SAR melakukan evakuasi korban (Foto: balipost.com)
Kecelakaan selam juga terjadi di perairan Desa Sukadana, pada Juni 2018. Dialami penyelam spearfishing, I Putu Willem Siertsema (24 tahun), asal Buleleng, Bali.

Pada Senin, 4 Juni 2018 lalu, I Putu Willem Siertsema bersama enam orang temannya, sekitar pukul 07.30 wita, melakukan penyelaman spearfishing di pantai Banjar Lebah, Desa Sukadana, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali.

Sekitar satu jam kemudian, salah seorang temannya, melihat posisi korban di kedalaman 20 meter, sekitar 50 meter depan garis pantai. Namun, setelah itu tidak diketahui posisinya.

Sekitar pukul 09.10 wita, teman korban hanya melihat speargun-nya saja, yang tergeletak di dasar laut.

Rekan-rekan korban kemudian melakukan pencarian, dan karena tidak menemukan sosoknya, akhirnya mereka melapor ke Pos Polisi Air Kubu.

Tim SAR gabungan yang terdiri Polisi Air Polda Bali, Polisi Air Polres Karangasem, Basarnas Karangasem, satuan penjaga pantai Balawista, BPBD Karangasem, dan komuitas nelayan setempat, kemudian melakukan pencarian intensif.

Jasad korban ditemukan esoknya (5/6), di perairan Banjar Nusu, Desa Sukadana, Kecamatan Kubu.

Korban ditemukan dalam posisi tengadah di dasar laut di kedalaman 38 meter, pada pukul 09.30 waktu setempat.

Saat ditemukan, korban masih menggunakan perlengkapan lengkap seperti ketika turun menyelam, seperti baju selam panjang warna hitam, snorkel, masker, kaki katak, dan sabuk pemberat.

Diduga korban meninggal karena mengalami black out di dalam laut. ***

SS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar