![]() |
Bangkai Kapal Tenggelam HMAS Perth (Foto: Nationalgeographic.co.id) |
Ekspedisi ini untuk memastikan kembali keberadaan bangkai kapal perang Perth yang tenggelam pada pertempuran 'The Last Battle of Sunda Strait' melawan armada Jepang pada awal Perang Dunia II.
Wreck ini sempat dikabarkan
hilang dicuri para pemburu besi tua wreck. Ekspedisi ini untuk melihat ulang kondisinya,
dan menemukan bagaimana cara melindunginya.
HMAS Perth
bersama USS Houston dan HMS Evertsen, yang tergabung dalam armada Sekutu,
tenggelam setelah terkena torpedo armada Angkatan Laut Jepang. Dari 681 kru
kapal HMAS Perth, lebih separuhnya tewas dalam pertempuran, dan sekitar 100 tewas sebagai tawanan perang Jepang. Sedang dari armada Jepang 3 kapalnya juga tenggelam di sekitar lokasi yang sama, namun belum diketahui lokasi pastinya.
"Penyelaman harus dilakukan di situs arkelogis ini sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan gambar dan memastikan keberadaan wreck," ujar Kevin Sumption, direktur Museum Maritim Nasional Australia.
"Penyelaman harus dilakukan di situs arkelogis ini sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan gambar dan memastikan keberadaan wreck," ujar Kevin Sumption, direktur Museum Maritim Nasional Australia.
Sebuah
ekspedisi penyelaman pada November tahun lalu terhadap Evertsen Wreck
yang tenggelam di utara Pulau Sebuku, Teluk Lampung, telah memastikan wreck
kapal perang milik Belanda itu telah hancur dicuri para pemburu besi tua wreck. Kini,
Australia ingin memastikan pada Perth Wreck.
Pada pertengahan
2014 lalu, Amerika Serikat juga telah mengirimkan ekspedisi untuk memastikan
kondisi Houston Wreck, dan menemukan wreck itu masih utuh, di perairan
Suralaya. Bahkan tim ekspedisi masih menemukan terompet dari kru marching band
kapal yang kemudian diambil dan diserahkan kembali ke asosiasi penyitas kapal perang Houston
yang masih hidup di Amerika Serikat.
"Kami
sangat peduli dengan situasi di lokasi, dan kami akan melakukan upaya-upaya untuk
melindunginya. Kami akan bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia, untuk
melindungi situs tersebut," tambah Sumption.
Berdasarkan
konvensi perlindungan situs-situs kelautan Unesco, bangkai kapal tenggelam sisa
Perang Dunia II berada dibawah kepemilikan negara asal kapal. Australia,
Indonesia, dan Amerika Serikat, belum menandatangani konvensi internasional
yang baru terbentuk 2001 itu.
Tim eksplorasi hasil kerjasama antar lembaga arkeologi nasional Indonesia - Australia ini, sebenarnya merencanakan penyelaman pada Oktober tahun lalu, namun ditunda karena musim dan situasi lapangan yang tidak memungkinkan. Tim akan menggunakan teknologi sonar untuk melacak posisi wreck.
Laporan dari para penyelam yang sudah pernah turun di lokasi ini, posisi Perth Wreck sekitar 500 meter dari posisi Houston Wreck. Lokasinya sekitar 45 menit dari Pulau Panjang. Terletak di dekat mulut Selat Sunda, arus menjadi tantangan utama di sekitar lokasi, selain jarak pandang yang buruk, antara 3- 8 meter.
Posisi wreck di kedalaman 20 - 38 meter. Bagian-bagian wreck telah ditumbuhi kipas laut, dan dihuni banyak gerombolan ikan seperti ekor kuning, kakap, kerapu, dan ikan kuwe. ***
Laporan dari para penyelam yang sudah pernah turun di lokasi ini, posisi Perth Wreck sekitar 500 meter dari posisi Houston Wreck. Lokasinya sekitar 45 menit dari Pulau Panjang. Terletak di dekat mulut Selat Sunda, arus menjadi tantangan utama di sekitar lokasi, selain jarak pandang yang buruk, antara 3- 8 meter.
Posisi wreck di kedalaman 20 - 38 meter. Bagian-bagian wreck telah ditumbuhi kipas laut, dan dihuni banyak gerombolan ikan seperti ekor kuning, kakap, kerapu, dan ikan kuwe. ***
REUTERS | SS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar