Jumat, 06 Oktober 2023

Menyelami Jokowi Point di Wakatobi

SUKASELAM.COM, Wanci – Dihuni terumbu karang subur dan sehat, Jokowi Point merupakan salah satu situs selam paling favorit di Wanci, Pulau Wangi Wangi, Taman Nasional Laut Wakatobi. 

Di dalam database Menyelami Indonesia Peta dan Data Situs Selam Kepulauan Nusantara Jilid 3 Kalimantan dan Sulawesi; situs selam ini mendapat rating bintang 5, bintang tertinggi.

“Selain untuk scuba diving, juga populer untuk snorkeling dan freediving,” ujar Rudy Wakatobi, dive master dan guide selam di Wakatobi (6/10).

Titik selam ini terletak di utara Dermaga Sombu, Desa Sombu, Wanci.

Dermaga nelayan dan kapal feri tradisional yang juga populer sebagai lokasi situs selam. 

Lokasinya di pantai barat kota Wanci, Pulau Wangi Wangi. 

Di sekitar Dermaga Sombu ini terdapat 3 situs selam populer yakni Sombu 1 (Jokowi Point) di utara, Sombu Jetty di tengah, dan Sombu 2 di selatan.

Ketiga situs selam ini terletak pada tubir rataan, sekira 110-140 meter di depan bibir Pantai Sombu.

Untuk menyelami Sombu Jetty, penyelam bisa turun dengan melompat (giant stride) dari dermaga.

Sedang kalau mau turun di Jokowi Point dan Sombu 2, sebaiknya dengan perahu.

Ketiga situs ini merupakan ekosistem terumbu karang tepi subur, sehat, rapat, dan segar. 

Tutupan biota karang lebih 90 persen.

Pada kedalaman 5-40 meter.

Topografi terumbu berbentuk lereng curam, kemiringan sekira 45 derajat.

Dengan jurang-jurang dan lembah di dalam.

Sedangkan snorkeling bisa dilakukan pada area terumbu rataan sepanjang lebih 100 meter ke tengah laut, yang juga penuh hamparan koloni karang dan dihuni banyak ikan. 

Pada kedalaman 1-5 meter.

Karang acropora mendominasi pemandangan lansekap terumbu karang Sombu.

Terutama jenis karang ranting Acropora cervicornis, Acropora grandis, dan Acropora formosa. Juga karang meja Acropora hyacinthus. Beberapa diameter lebih 1 meter.

Juga berbagai jenis karang keras lain seperti Porites sp, Montipora foliosa, Favites sp, Favia sp, Pavona sp, dan Tubinaria reniformis. 

Bercampur semak-semak karang lunak seperti karang payungan Sarcophyton glaucum, karang lunak Dendronephthya sp, karang seroja Cladiella sp, kipas laut Gorgonia sp, akar bahar Antipathes sp,  lili laut dan cambuk laut. 

Menawarkan panorama bawah laut indah.

Sejumlah biota karang langka endemik Indonesia, seperti Acropora desalwi, Acropora soekarnoi, dan Acropora indonesie, menurut sejumlah riset juga dapat ditemukan pada terumbu di sekitaran dermaga Sombu ini.

Menyelam di Sombu seperti sedang menyelam pada sebuah akuarium besar. 

Dengan perairan di sekitar bersih, bening, jarak pandang 10-30 meter. 

Dihuni banyak ikan kemelimpahan tinggi seperti kepe-kepe, nemo, betok, sersan mayor, anthias, keling, ikan bendera, jae-jae, kuwe, kakap, kima, kerapu, ekor kuning, angel, layang, selar, salem, buntal, tembang, gurita, lepu, butana, kakatua, penyu, moris idol, belut laut, lepu batu, triger, barakuda, tenggiri, kembung, dan napoleon.

Di utara dermaga Sombu, di titik selam Sombu 1. 

Sejak tahun lalu telah ditenggelamkan sejumlah struktur terumbu buatan berbentuk patung-patung penyu, dan papan nama beton bertuliskan nama Presiden RI Bapak Joko Widodo (Jokowi). 

Pada kedalaman 10-18 meter.

Sehingga terumbu karang pada lokasi ini, kini populer disebut situs Jokowi Point. 

Membuat situs selam ini, kini semakin menarik minat para penyelam untuk menjelajahinya.

Selain populer untuk penyelaman siang, juga populer untuk penyelaman malam. 

Ada banyak biota malam seperti kepiting, udang-udangan, cumi sotong, kakap mata belok, belut laut, siput laut, dan gurita yang bisa ditemui pada penyelaman malam hari di sini.

Arus secara umum kecil, kurang 1 knot. 

Berupa arus pantai. 

Namun, pada saat-saat tertentu, arus juga kadang berubah menguat 1-3 knot.

Terutama pada pagi hari.

Dua orang mahasiswa yang sedang snorkeling di sini pada Februari 2018, mengalami kecelakaan selam terbawa arus kuat.

Hingga tenggelam, dan kemudian jasadnya ditemukan telah meninggal.

Arus secara umum kecil, namun harus hati-hati. 

Karena kadang arus kuat tiba-tiba datang menyapu. 

Terutama saat musim Angin Barat, pada September-Maret.

Sehingga, disarankan untuk tidak melakukan penyelaman dan snorkeling sendirian di sekitar Sombu Jetty ini. 

Melainkan dengan ditemani guide selam setempat yang sudah mengenal lokasi dengan baik, dan tahu bagaimana cara menangani situasi jika terjadi emergensi penyelaman.

Jika sedang beruntung, penyelam juga mungkin akan bertemu hiu karang sirip hitam dan pari elang di sekitar sini, terutama pada saat perairan di sekitar tidak terlalu sibuk. 

"Hiu yang paling sering ditemui di sini berupa hiu yang suka tinggal di gua-gua atau bersembunyi pada tumpukan karang," ujar Rudy Wakatobi.

Lokasi ini memang tidak jauh dari situs Shark Point yang lebih populer sebagai rumah hiu di Wakatobi.

Hamparan kipas laut pada kedalaman 20 meter ke bawah, berukuran besar-besar. 

Beberapa berdiamater lebih 2 meter. 

Membentuk hutan karang di bawah laut yang indah.

Juga terdapat banyak biota spon tabung, bambu laut, akar bahar, dan spon gentong Xestospongia testudinaria besar pada lereng di kedalaman 20-30 meter. 

Dolphin Point Kapota
Bonus lain. Menyelam di Jokowi Point, kalau kamu sedang beruntung, juga akan bertemu dengan gerombolan lumba-lumba yang datang sampai di sekitaran depan Dermaga Sombu. 

Namun, ritmenya tidak pasti. 

Kadang muncul, kadang tidak.

Situs selam Jokowi Point, terletak tidak jauh dari situs Dolphin Point Kapota. 

Dapat ditempuh sekira 10 menit naik perahu motor dari dermaga Sombu.

Kadang gerombolan lumba-lumba di Dolphin Point Kapota, kerap mampir bermain-main hingga di sekitaran depan dermaga Sombu.

Paling baik ditemui pada pagi hari, sekira pukul 05.00-08.00. 

Kadang lumba-lumba juga terlihat pada siang dan sore, tapi jumlahnya lebih sedikit.

Berbeda dengan menonton lumba-lumba liar di Lovina, Bali, atau di Teluk Kiluan, Lampung, yang sudah lebih populer sebagai spot wisata dolphin di Indonesia.

Lumba-lumba di Wakatobi ini, bisa ditemui jumlahnya tidak hanya dalam hitungan jari saja, melainkan bisa ratusan. 

Ratusan lumba-lumba liar bergerak bersama dalam gerombolan besar. 

Sungguh menyenangkan melihatnya.

Kadang juga ada yang melompat-lompat di atas permukaan laut. 

Menurut riset, setidaknya ada 5 spesies lumba-lumba yang kerap ditemui di perairan Wakatobi.

Yang paling sering terlihat di Dolphin Point Kapota, diantaranya lumba-lumba spiner (Stenella longirostris), lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus), lumba-lumba totol (Stenella attenuata), lumba-lumba biasa (Dolphinus delphis), dan lumba-lumba risso (Grampus griseus). 

Lumba-lumba spinner yang biasanya paling suka melompat-lompat keluar permukaan laut, jika merasa senang terkena sinar matahari pagi.

Selain itu, gerombolan paus pilot dan paus byrde juga kadang ditemui di sini. Namun, tak pasti. 

Paus dan hiu paus juga banyak ditemui di Taman Nasional Wakatobi, tetapi belum ditemukan lokasi khususnya untuk wisata.

Dari Jokowi Point ke situs Dolphin Point Kapota ini dekat dan gampang ditempuh, sehingga biasanya menjadi satu paket trip penyelaman di Wakatobi.

Masih Sepi
Menurut Rudy Wakatobi, seorang dive master dan guide selam yang tergabung di dalam dive center Wakatobi Diving Holiday yang berkantor di Wanci, Wangi-wangi; meski status pandemi sudah dicabut, namun kunjungan turis penyelam  asing masih terbilang sepi saat ini di Wakatobi.

Apalagi jika dibanding sebelum pandemi.

"Masih sepi. Beberapa teman dive master sampai ada yang merantau cari kerjaan baru," ujarnya (6/10). 

Meskipun Wakatobi memiliki banyak situs selam bintang 5 yang lebih bagus daripada di Raja Ampat dan Komodo, pada setahun paska pandemi, situasinya masih sepi untuk kehadiran wisatawan penyelam. Terutama turis asing.

Sedang wisatawan domestik yang datang, biasanya hanya ingin snorkeling dan kuliner.

Untuk itu, Rudy berharap pemerintah, terutama pada pemerintah daerah setempat, untuk kembali menggalakkan promosi pariwisata diving lagi, seperti saat sebelum pandemi. 

"Tanpa promosi agak susah bagi pariwisata minat khusus seperti diving untuk kembali berjaya. Diperlukan  promosi terus-menerus untuk menarik kunjungan wisatawan," tambah Rudy yang sudah lebih 10 tahun menekuni profesi guide selam di Taman Nasional Laut Wakatobi. *** 

Wahyuana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar