Seiring dengan penanganan Pandemi yang sudah terkendali, dan sinyal dari pemerintah untuk membuka kembali layanan wisata selam dan menerima kembali kunjungan wisatawan asing.
Untuk menyongsong harapan baru itu, Dewan Pengurus Pusat Perkumpulan Usaha Wisata Selam Indonesia (PUWSI) akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) ke-3 pada 3 Nopember 2021 di Jakarta. Munas akan mengundang seluruh anggota untuk melaksanakan kewajiban organisasi berupa evaluasi kepengurusan dan konsolidasi menguatkan sinergi antar pelaku industri wisata selam di era new normal.
“Banyak hal telah terjadi selama Pandemi yang berpengaruh berat bagi kelangsungan industri wisata selam. Mulai dari penutupan destinasi, cashflow nol, hingga pemutusan hubungan kerja. Kini, melalui Munas, kita harapkan selain untuk menjalankan kewajiban AD/ART organisasi, juga untuk menguatkan sinergi antar anggota PUWSI dalam menyongsong era baru wisata selam yang lebih bertanggung jawab,” ujar Ricky Soerapoetra, Ketua Umum PUWSI 2018-2021, dalam wawancara dengan sukaselam.com di Jakarta (30/10)
Munas dijadwalkan akan dibuka oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga M. Uno dan mendapat dukungan sepenuhnya dari para pejabat Kementerian terkait.
Munas akan dilakukan secara hybrid dengan pertemuan tatap muka terbatas sesuai ketentuan CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability) di Hotel Harris, Jakarta Pusat.
Dan forum online untuk mengakomodasi anggota perkumpulan di berbagai daerah.
Ricky menambahkan ekowisata akan semakin diminati paska Pandemi karena semua wisatawan kini ingin lebih dekat dengan alam. Ini harapan baru, lanjutnya, sekaligus tantangan baru. “Kita juga perlu sharing apa saja yang telah kita lalui selama Pandemi. Dan kira-kira rekomendasi apa yang perlu kita usulkan kepada pemerintah untuk perbaikan ke depan nanti.”
Meski asosiasi ini baru berusia 6 tahun, jumlah keanggotaan PUWSI terus bertambah. Hal ini menandakan industri wisata selam di Indonesia kini terus berkembang.
Baik berupa pembukaan dive center baru, resort baru, penemuan situs selam baru, dan jumlah penyelam yang terus bertambah.
Hal itu didukung karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar kedua di dunia, dengan ribuan titik selam yang menarik, dan tidak ditemukan di destinasi-destinasi selam lain.
Sehingga usaha wisata selam merupakan usaha yang prospektif dan sangat menguntungkan.
“Selama Pandemi ini kami juga mengapresiasi berbagai program pemerintah yang melibatkan kalangan industri wisata selam. Seperti proyek ICRG (Indonesia Coral Reef Garden) di Bali yang melibatkan ribuan penyelam. Itu sangat membantu pendapatan pekerja wisata selam di masa sulit. Juga berbagai program lain di berbagai destinasi selam lain seperti sertifikasi pemandu selam, konservasi manggrove, dan donasi bagi pekerja selam selama pandemi, serta lain-lain yang juga melibatkan banyak penyelam,” tambah Ricky Soerapoetra, instruktur selam dan pendiri Kristal Klear Dive, sebuah dive center PADI bintang 5, di Jakarta.
Selama memimpin kepengurusan periode 2018-2021, Ricky dibantu oleh Aria Nugraha sebagai Sekretaris Jenderal, Salma Nurhayati sebagai Bendahara, Alvin Arselan (Ketua Bidang Standardisasi), Andi Makmur Ajie Panangian (Ketua Bidang Usaha), M Rizky Rahmani (Ketua Bidang Hukum), Rani Bustar (Ketua Bidang Lingkungan), Darmawan A. Mukharor (Ketua Bidang Litbang), Yudha Ananda (Ketua Bidang Hukum), dan Victor DP (Humas dan Sekretariatan).
Seluruh pengurus dan anggota PUWSI adalah pemilik badan usaha wisata selam yang saat ini tersebar dari Kepulauan Riau hingga ke Papua Barat.
Industri wisata selam mengalami situasi terpuruk selama pandemi.
Tercatat kinerja usaha wisata selam langsung terpukul 66% pada April 2020 dengan kerugian mencapai RP 75,8 miliar dalam waktu 3 bulan sejak pandemi merebak di awal tahun 2020.
Munas ke-3 ini mengusung tema “Bangkit Bersama untuk Maju Lebih Kuat.” Sebagai semangat bagi pelaku usaha wisata selam untuk bangkit kembali dari kondisi terpuruk di masa new normal kini.***
SS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar