![]() |
Peta Selam Indonesia (Sukaselam, 2014) |
Demikianlah, situasi Teluk Penida setiap hari. Ini
zona selam internasional yang setiap hari dikunjungi ratusan wisatawan selam
dari berbagai bangsa. “Waktu paling ramai Juli – Agustus. Selain karena musim
liburan, juga musim Mola-mola,” ujar Nyoman Wisana, master selam yang menemani
saya menyelam pagi itu. Mola-mola adalah salah satu ikan langka yang paling
bikin penasaran penyelam di Crystal Bay. Sejak dulu, ikan unik ini memang kerap
muncul di Crystal Bay. Biasanya, kehadirannya ditandai dengan suhu perairan
yang tiba-tiba turun hingga dibawah 20 Celcuis. Tapi, tidak gampang juga menemuinya.
Kadang muncul, kadang ditunggui berhari-hari pun tidak mau menampakkan diri.
Seperti juga hari itu, saya juga tidak ditemui. Beberapa kali menyelam disini,
belum pernah bertemu.
Tapi, hari itu kedatangan saya di Nusa Penida bukan semata untuk bertemu Mola-mola. Melainkan ingin merasakan sensasi menyelam bersama arus. Arus dikenal melintas kuat di sekeliling Nusa Penida dan Nusa Lembongan. Arus ini yang membuat kedua pulau kecil di selatan Bali ini istimewa sebagai spot selam.
Setelah turun dari perahu dengan backroll dan mengayuh kaki katak hingga
kedalaman 22 meter, Nyoman Wisana mengajak saya berenang lebih ketengah teluk,
mendekati jalur arus yang mengalir kuat di tengah Selat Ceningan. Arus terasa
mengalir dari utara ke selatan. Benar saja, semakin berenang ketengah selat,
pelan-pelan makin terasa ada dorongan arus dari arah kanan yang semakin menarik
tubuh saya kedalam, sekaligus membawa tubuh melayang lebih cepat kearah tengah
Selat Ceningan.
Pada kedalaman 24 meter, saya
sepenuhnya pasif saja, bergerak mengalir bersama arus yang mengalir nyaman,
sekitar 1 – 2 knot. Sambil menikmati pemandangan bawah laut yang dipenuhi
karang keras dan airnya bening, saya melayang terseret arus hingga sekitar 100
meter ke selatan. Sampai pemandu selam, kemudian menarik tangan saya ke atas
dan lebih ke pinggir teluk, untuk menghindari tarikan arus dalam yang semakin
kuat. Hanya sekitar 30 menit. Kemudian kami naik melakukan safety stop di kedalaman 4 meter, dan mengakhiri petualangan
setelah dijemput perahu.
Setelah istirahat sekitar 40 menit,
kami melanjutkan perjalanan ke lokasi penyelaman kedua di situs Manta Point I.
Situs ini terletak di depan tebing karang Nusa Penida timur. Ditempuh sekitar
20 menit dengan perahu motor bermesin 80 PK dari situs selam Crystal Bay.
Berbeda dengan perairan Crystal Bay
yang di permukaan nampak tenang, namun di dalamnya berarus keras. Situs Manta
Point I ini justru di permukaannya yang penuh gejolak arus, yakni arus yang
terbentuk dari hempasan-hempasan ombak yang membentur tebing karang Nusa
Penida.
Perlu sedikit tambahan nyali untuk berani turun menyelam disini. Suara gelegar hempasan-hempasan ombak sungguh meneror mental. Namun, meski di permukaan arus keras, di dalam arus lebih tenang.
Perlu sedikit tambahan nyali untuk berani turun menyelam disini. Suara gelegar hempasan-hempasan ombak sungguh meneror mental. Namun, meski di permukaan arus keras, di dalam arus lebih tenang.
Seperti nama situs, ada banyak ikan
pari manta tinggal disini. Juga gerombolan lumba-lumba. Setelah menunggu arus
lebih tenang, akhirnya kami turun selepas makan siang. Jleb. Saya turun bersama
pemandu selam, dan dua turis lain.
Turun langsung berenang hingga kedalaman 5 meter, dan kemudian menunggu pari manta keluar. Terumbu tampak gersang saja, hanya ada beberapa gundukan karang padat Porites sp dan ikan-ikan karang kecil warna-warni. Jarak pandang perairan agak redup, 8 – 15 meter, akibat ada banyak plankton di sekitar teluk.
Turun langsung berenang hingga kedalaman 5 meter, dan kemudian menunggu pari manta keluar. Terumbu tampak gersang saja, hanya ada beberapa gundukan karang padat Porites sp dan ikan-ikan karang kecil warna-warni. Jarak pandang perairan agak redup, 8 – 15 meter, akibat ada banyak plankton di sekitar teluk.
Belum sampai 10 menit dibawah laut,
pemandu selam menunjuk-nunjuk ada segerombolan ikan besar melayang diatas
kepala saya. Wow, luar biasa. Inilah yang kami tunggu. Tiga ekor pari manta
melayang-layang diatas kepala, bentangan sayapnya membuat perairan dibawah
sedikit lebih gelap. Cahaya matahari terhalang bentangan sayapnya sepanjang 4 –
5 meter. Sungguh sensasional. Mereka tidak takut dengan kehadiran para
penyelam. Hilir mudik dan berkeliling di sekitar kami.
Banyaknya plankton yang terbawa arus
dan terkumpul di perairan Nusa Penida timur, yang membuat ikan-ikan elegan ini
betah tinggal disini. Mereka makan dengan cara menyerap dan menyaring (feeder filter) plankton-plankton yang
terjaring ke dalam mulutnya yang lebar. Tubuh bagian bawah berwarna putih, sedang
atasnya hitam pekat. Mereka jenis pari manta karang (reef manta ray/Manta alfredi). Menurut pemandu selam,
ada sekitar 20 ekor tinggal di Manta Point I ini. Mereka tidak berbahaya.
Dua orang turis penyelam asing yang
turun bersama kami, tampak sibuk mengabadikan momen langka ini. Memang tidak
selalu mudah menyelam bertemu pari manta, kadang ditunggui lama di dalam laut
juga tak muncul-muncul. Beruntung, siang itu kami segera disambut.Sehingga,
kedua turis itu perlu menghargainya.
Meskipun secara umum ikan pari manta
tidak berbahaya bagi manusia, tidak mau menyerang penyelam, namun pemandu selam
sudah mewanti-wanti agar tidak berenang terlalu dekat ke tubuhnya. Jika merasa
tertekan lingkungan, pari manta juga bisa berubah sikap menjadi agresif terhadap
penyelam.
Total, sekitar 35 menit kami berada
dibawah laut. Setelah puas bermain-main dan berfoto dengan 4 ekor pari pari
manta besar, kami pun satu persatu kembali ke permukaan mengakhiri penyelaman.
Ketika muncul di permukaan, arus sangat besar, mengombang-ambingkan tubuh
kesana-kemari, membuat kami harus berhati-hati berenang menuju kapal. Berenang
dengan backroll cara terbaik
mengatasi ombak permukaan yang kuat, dengan posisi BCD dikembangkan maksimal.
Selesai Manta Point I, waktu trip
kami masih tersisa banyak, sebelum jadwal pulang kembali ke Sanur. Pemandu
selam kemudian menawarkan menyelam sekali lagi. Kali ini di kawasan Nusa Penida
utara. Kami memilih menyelam di situs Pura Ped. Situs selam ini terletak di
depan Pura Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida. Lagi-lagi ini situs selam drift dive, yakni situs menyelam bersama
arus. Atraksi selam yang menyenangkan, sekaligus mendebarkan. Tampaknya,
pemandu selam kami menyukai situs-situs penyelaman yang penuh tantangan.
Benar saja, ketika kami turun di kedalaman
sekitar 15 meter, arus terasa mulai menyeret tubuh saya menjauhi titik masuk.
Arus sekitar 1 – 2 knot, yang terasa lembut membawa tubuh melayang bersama
arus. Daya apung tubuh (bouyancy)
penyelam harus bagus menyelami situs drift
dive.
Tanpa terasa, saya pun melayang
hingga lebih 300 meter kearah Toyapakeh. Yang paling menyenangkan di Pura Ped,
hamparan terumbu karang subur dan sangat indah di situs ini. Perairan sangat
bening, bagaikan menyelam di kolam renang. Formasi karang didominasi karang ranting
(Acropora cervicornis, Acropora formosa),
karang meja (Acropora tabulate),
karang daun (Montipora foliosa),
karang otak (Favia sp), dan banyak
sekali semak-semak karang lunak seperti anemon, sarcophyton, sinularia, dan
lili laut. Karang terekspresi warna-warni terkena cahaya matahari.
Arus Lintas Indonesia
Menurut Pickel, ini karena letak
Nusa Penida dan Nusa Lembongan yang dilewati Arus Lintas Indonesia (Arlindo).
Yakni arus yang mengalir dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia melalui
perairan tengah Indonesia. Arus ini terbentuk karena perbedaan tinggi permukaan
air laut, 10 – 28 sentimeter, antara permukaan laut Samudera Pasifik barat yang
lebih tinggi dengan Samudera Hindia timur yang lebih rendah.
Sehingga terbentuk aliran arus antar samudera. Arus ini membawa banyak plankton dan nutrisi laut. Serta mendorong berbagai proses fisika kelautan, seperti termoklin dan upwelling, berlangsung produktif di perairan yang dilintasinya. Arus kaya nutrisi inilah yang menyuburkan terumbu karang dan membentuk spot-spot penyelaman menarik di sepanjang perairan yang dilewati.
Sehingga terbentuk aliran arus antar samudera. Arus ini membawa banyak plankton dan nutrisi laut. Serta mendorong berbagai proses fisika kelautan, seperti termoklin dan upwelling, berlangsung produktif di perairan yang dilintasinya. Arus kaya nutrisi inilah yang menyuburkan terumbu karang dan membentuk spot-spot penyelaman menarik di sepanjang perairan yang dilewati.
Menurut penelitian, volume arus ini
sungguh besar. Berkisar 10 – 22 Svedrup per detik (1 Svedrup = 1 juta meter
kubik air). Jika 1 Svedrup diperkirakan sebanding dengan debit air dari 1.000
Sungai Mahakam, maka ada arus mengalir dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia
sebesar debit air dari 10.000 – 22.000 Sungai Mahakam per detik. Sungguh besar
sekali, kan. Arus ini sebagian besar mengalir di kedalaman 300 meter kebawah,
dan hanya sedikit yang terasakan pengaruhnya langsung di permukaan (zona
selam). Hanya di beberapa titik, arus ini terasa hingga permukaan laut.
![]() |
Arus Lintas Indonesia (Arlindo) |
Menurut
penelitian ilmuwan kelautan asal Amerika Serikat, Klaus Wyrtki (1957), ada 3
pintu masuk Arus Lintas Indonesia ini melalui perairan tengah Indonesia. Pertama, yakni Arus Lintas Indonesia
yang mengalir dari Samudera Pasifik melalui Selat Mindanao, terus ke Laut
Sulawesi, ke Selat Makassar, dan kemudian bercabang diatas dangkalan Selat
Makassar; sebagian terus mengalir lurus ke Selat Lombok, dan sebagian belok
kekiri mengalir ke Laut Flores, terus ke Laut Banda.
Di Selat Lombok, di depan
Semenanjung Karangasem, arus ini bercabang lagi; sebagian langsung mengalir ke
Samudera Hindia, sebagian lagi berbelok ke arah Selat Badung, hingga mencapai
Samudera Hindia setelah mengitari pantai Nusa Penida dan Nusa Lembongan.
Menurut penyelam David Pickel dan Wally Siagian, arus inilah yang menyuburkan
terumbu karang di sekeliling Nusa Penida dan Nusa Lembongan. Membentuk
atraksi-atraksi selam menarik, seperti drift
dive dan drift snorkeling, dan membuat destinasi ini menarik ikan-ikan
besar seperti pari manta, lumba-lumba, hiu, dan mola-mola. Surga penyelaman
terbaik di Bali. Termasuk spot-spot selam di Bali timur, seperti Tulamben,
Amed, Padang Bai, dan Candi Dasa, yang juga memiliki terumbu karang subur dan
berarus kuat. Ribuan wisatawan selam dari seluruh dunia mendatangi spot-spot
ini sepanjang tahun.
Menurut hasil penelitian ekspedisi
kelautan INSTANT (2003 – 2005), volume arus yang bergerak lewat pintu Selat
Mindanao ini berkisar 9 Svedrup per detik. Diatas dangkalan Selat Makassar,
arus terbagi 7,5 Svedrup kearah Selat Flores terus ke Laut Banda, dan sekitar
1,5 Svedrup mengalir ke Selat Lombok, yang kemudian terbagi lagi separuhnya
langsung mengalir ke Samudera Hindia, dan separuhnya mengalir melintasi pantai
Nusa Penida dan Nusa Lembongan.
Kedua, Arus Lintas Indonesia yang mengalir dari Samudera
Pasifik melalui pintu Laut Maluku. Sebagian besar arus ini mengalir berputar
kembali ke Samudera Pasifik karena terhalang adanya gugusan Kepulauan Sula.
Sebagian kecil arus terus mengalir melalui celah perairan Kepulauan Banggai
terus ke perairan Kepulauan Menui hingga ke perairan Buton Wakatobi; dan
sebagian kecil lagi mengalir melewati Selat Lifamatola, terus ke Selat Manipa,
Selat Buru, hingga Laut Banda.
Pergerakan arus ini membawa banyak
plankton dan nutrisi laut. Menyuburkan terumbu karang dan membentuk
destinasi-destinasi selam spektakuler seperti Morotai, Kepulauan Bangka, Selat
Likupang, Lembeh, Buyat, Wakatobi, Jailolo, Ternate, Halmahera Selatan, dan
Teluk Ambon.
Ketiga, Arus Lintas Indonesia yang mengalir dari Samudera
Pasifik melalui Laut Halmahera dan
Selat Dampier menuju ke Laut Seram,
yang kemudian akan bercabang lagi sebagian mengalir ke Selat Manipa dan terus
berujung di Laut Banda tengah, dan sebagian lagi mengalir ke perairan Misool
Selatan, terus ke Cekungan Aru, perairan Fakfak, Teluk Kaimana, Teluk Triton,
Kepulauan Kei, dan kemudian berkumpul di Laut Banda dengan arus dari berbagai
penjuru.
Pergerakan arus ini membawa banyak
ikan dan menyuburkan terumbu karang di destinasi-destinasi selam spektakuler
seperti Raja Ampat, Kepulauan Misool, Halmahera Timur, Laut Seram (Pantai Ora),
Teluk Triton, dan Teluk Kaimana.
Di Laut Banda, arus dari berbagai
penjuru berkumpul, mendorong berbagai proses kelautan seperti termoklin, upwelling, downwelling, berlangsung produktif di Laut Banda. Menyuburkan
terumbu karang dan membentuk situs-situs selam menarik di perairan Banda Neira
dan Ambon. Situs Lava Flow di utara Pulau Gunung Api, Banda Neira, salah satu
situs selam dengan taman karang acropora yang sangat subur, menandakan ada
kehadiran Arus Lintas Indonesia di sekitar Pulau Gunung Api.
Dari Laut Banda, arus akan mengalir
ke Samudera Hindia melalui 3 jalur; pertama mengalir melalui Selat Ombai, yakni
selat antara Pulau Alor dengan Pulau Timor. Kedua, mengalir melalui selatan
Pulau Timor untuk selanjutnya bertemu dengan Samudera Hindia melalui Cekungan
Timor dan Celah Timor. Dan ketiga, mengalir menuju Samudera Hindia melalui Laut
Arafura.
Pergerakan arus di Laut Flores dan
Laut Banda juga mengalir ke Samudera Hindia melalui selat-selat kecil yang
banyak ditemui di sepanjang Pulau Sumbawa hingga Pulau Flores, menyuburkan
terumbu karang di spot-spot selam terkenal seperti Komodo, Maumere,
Lembata, dan Alor.
Surga Wisata Selam Indonesia
Pergerakan arus besar antar samudera
ini membentuk apa yang disebut Zona Arus Lintas Indonesia (lihat gambar). Surga
wisata selam Indonesia. Terumbu karang di dalam zona ini rata-rata tumbuh subur;
keanekaragaman karang tinggi; dihuni banyak ikan, termasuk ikan-ikan besar;
menawarkan berbagai atraksi selam menantang seperti drift dive (selam arus), deep
dive (selam dalam), wall dive
(selam tebing), dan lain-lain; dan perairan sangat bening, jarak pandang 10 –
30 meter.
![]() |
Penulis di situs Hiu Paus (whale shark/Rhincodon typus), Kwatisore, Teluk Cenderawasih, Papua |
Rasanya,
dimana pun menyeburkan diri di dalam Zona Arus Lintas Indonesia, akan menemukan
ekosistem terumbu karang subur. Ini jantung dari segitiga terumbu karang dunia
(Triangle Coral).
Kawasan ini mencakup perairan seluas
lebih 3,5 juta kilometer persegi. Dari Bali hingga Pulau-pulau kecil di Maluku
Tenggara; dari perairan Sangihe Talaud hingga perairan Pulau Rote. Dari Derawan
hingga Raja Ampat. Di dalam zona inilah terletak destinasi-destinasi selam
spektakuler, seperti Bunaken, Derawan, Halmahera, Wakatobi, Takabonerate,
Donggala, Bali, Lombok, Komodo, Maumere, Alor, Banda Neira, Ambon, Misool, Raja
Ampat, dan lain-lain.
Selain dihuni ekosistem terumbu
karang subur, zona ini juga rute migrasi ikan-ikan besar, seperti paus, hiu,
hiu paus, lumba-lumba, pari manta, dan ikan-ikan pelagis besar lain. Ikan-ikan
yang menjadi atraksi hiburan ketika kita berlayar menuju situs-situs penyelaman.
Waktu menyelam di Nusa Penida saya
menemukan gerombolan lumba-lumba di situs Manta Point II. Tontonan yang juga
saya temui ketika menyelam di Komodo, Alor, dan Bunaken. Mereka bergerak
mengikuti rute Arus Lintas Indonesia dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia
dan sebaliknya.
Di dalam Zona Arus Lintas Indonesia
juga banyak ditemui biota makro endemik Indonesia, seperti kuda laut kerdil,
udang anemon, hiu karpet, hiu berjalan, ikan katak ambon, gurita wonderpus,
gurita cincin biru, gurita mimik, siput laut, ikan capungan banggai, ubur-ubur
tanpa sengat, ikan pipa, dan lain-lain. Obyek-obyek wisata penyelaman yang
paling dicari penyelam asing ketika di Indonesia.
Promosi pariwisata bahari Indonesia,
khususnya wisata selam, sebaiknya mempromosikan kawasan Zona Arus Lintas
Indonesia ini sebagai satu sistem biosfer kelautan, dengan berbagai keunikan
dan keistimewaan yang tak akan ditemui di zona perairan lain dunia lain.
Promosi wisata selam per destinasi
yang selama ini gencar dilakukan terhadap Bali, Komodo, Raja Ampat, Wakatobi,
dan Bunaken, telah membuat tingkat kepadatan penyelaman yang tinggi di
destinasi-destinasi tersebut. Sehingga beresiko terhadap laju kerusakan
ekosistem lebih cepat. Promosi kawasan selain lebih efektif, juga akan memudahkan
konservasi dan pengawasan terumbu karang di Zona Arus Lintas Indonesia.
Pesiar Selam
Diperkirakan ada lebih 8.000 pulau
besar dan kecil yang tersebar di dalam kawasan Zona Arus Lintas Indonesia ini.
Lebih 98 persen merupakan pulau-pulau kecil. Salah satu ciri pulau-pulau kecil
ini, biasanya tidak memiliki sungai besar, sehingga perairan sekitarnya bening,
situasi yang dicari para wisatawan selam. Selain bisa ditempuh dengan wisata
penyelaman berbasis darat (land-base
diving), spot-spot pulau kecil ini paling ideal ditempuh dengan cara pesiar
selam (diving liveaboard).
![]() |
Phinisi selam Raja Ampat Explorer (Foto: reefrainforest.com) |
Ribuan pulau kecil di dalam Zona
Arus Lintas Indonesia, paling ideal ditempuh dengan pesiar selam. Ini salah
satu paket wisata terbaik yang dimiliki Indonesia, yang sebanding dengan brand-brand wisata terbaik Indonesia
lain, seperti Borobudur, Selancar, Bromo, Bali, Komodo, dan Orangutan.
Jika pesiar selam di Thailand,
Filipina, Maldives, Karibia, Laut Merah, dan Malaysia, hanya menawarkan
paket-paket perjalanan jangka pendek, antara 3 – 7 hari pelayaran, paket pesiar
selam di Indonesia menawarkan rute-rute pelayaran jangka panjang, antara
sepekan hingga 2 pekan. Dengan total penyelaman hingga 40 - 50 kali penyelaman
selama traveling.
Bahkan, beberapa agensi menawarkan hingga sebulan pelayaran. Ribuan situs selam di pulau-pulau kecil di dalam Zona Arus Lintas Indonesia sangat ideal untuk petualangan pesiar selam rute panjang.
Bahkan, beberapa agensi menawarkan hingga sebulan pelayaran. Ribuan situs selam di pulau-pulau kecil di dalam Zona Arus Lintas Indonesia sangat ideal untuk petualangan pesiar selam rute panjang.
Selain itu, jika wisata pesiar selam
di negara lain rata-rata menggunakan yacht modern, pesiar selam di Indonesia
menggunakan phinisi modern. Kapal pesiar selam yang ideal, biasanya hanya
memuat 8 – 20 penyelam saja, atau sekitar 15 – 35 orang beserta seluruh kru
kapal. Phinisi selam lebih sesuai untuk mencukupi kebutuhan tersebut daripada
yacht.
Dari sekitar 100 kapal pesiar selam yang beroperasi di seluruh perairan Indonesia saat ini, 95 diantaranya merupakan phinisi. Kapal-kapal tradisional berteknologi mutakhir ini, buah karya para seniman dan pengrajin kapal phinisi yang banyak ditemui di Bulukumba dan Bira.
Sewaktu saya mengambil pesiar selam
keliling Taman Nasional Komodo selama 5 hari, tahun lalu, kapal yang kami sewa
yang seharusnya hanya memuat 6 orang penyelam, terpaksa harus diisi 10 orang
penyelam. Keempat penyelam tambahan merupakan turis asing dari Eropa. Mereka
sebelumnya membayangkan pesiar selam di Komodo bisa dilakukan dengan membeli
tiket langsung, seperti trip penyelaman biasa. Setelah tahu semua trip pesiar
selam penuh, dan telah dipesan jauh hari sebelum kedatangan, akhirnya para
turis backpacker ini pasrah menumpang
ke grup lain.
Wisata phinisi selam otentik produk
industri wisata bahari Indonesia, yang tidak ditemukan di negara lain.
Selayaknya pemerintah memberikan perhatian terhadap industri ini. Tidak hanya
berupa promosi. Tetapi, misalnya, dengan mempatenkan wisata phinisi selam sebagai
produk wisata khas yang brand-nya
dimiliki Indonesia. Kemudian juga mewajibkan kapal-kapal pesiar selam yang
beroperasi di perairan Indonesia harus menggunakan kapal jenis phinisi kayu,
yang dibuat para pengrajin kapal tradisional Indonesia. Sebelum phinisi selam
ditiru dan menjadi trend di destinasi lain, yang biasanya selalu lebih pandai
mengemasnya menjadi paket wisata yang lebih menarik lagi.
Zona Arus Lintas Indonesia tidak hanya merupakan surga wisata penyelaman di Indonesia, tetapi juga destinasi wisata phinisi selam terbaik di dunia. Sajian otentik dari wisata bahari Indonesia. ***
Zona Arus Lintas Indonesia tidak hanya merupakan surga wisata penyelaman di Indonesia, tetapi juga destinasi wisata phinisi selam terbaik di dunia. Sajian otentik dari wisata bahari Indonesia. ***
Wahyuana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar