Senin, 21 April 2025

Destinasi Selam Taman Laut Kima Tolitoli Terancam, Warga Tolak Pembangunan Dermaga Tambang

(Koleksi Cangkang Kima Berbagai Spesies di Taman Laut Kima Tolitoli | Foto: Sukaselam.com)

SUKASELAM.COM, Konawe
- Dikutip dari Kendariinfo, warga di sekitar kawasan konservasi Taman Laut Kima Tolitoli, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, menolak rencana pemerintah setempat untuk membangun dermaga tambang, untuk keperluan pengangkutan nikel dan batubara.

Dermaga itu rencana akan dibangun di Desa Waworaha, Kecamatan Soropia, yang termasuk di dalam kawasan konservasi Taman Laut Kima Tolitoli. 

"Dengan alasan apa pun tidak logis rencana pembangunan pelabuhan tambang itu," ujar Habib Nadjar Buduha, tokoh masyarakat Konawe dan inisiator program konservasi kima berbasis masyarakat Taman Laut Kima Tolitoli Labengki kepada Sukaselam (21/4).

Menurut Habib Nadjar, kawasan pantai yang mencakup 5 desa di Kecamatan Lalonggasu Meeto dan Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, yang menjadi lokasi kawasan konservasi Taman Laut Kima Tolitoli, sejak 2009 telah berkembang menjadi kawasan wisata dan konservasi yang telah berhasi menarik investor industri wisata dan menghidupkan ekonomi rakyat setempat. 

Sehingga, menurut Nadjar, tidak layak jika kemudian di kawasan itu dibangun dermaga tambang yang akan menyebabkan degradasi ekosistem dan pencemaran laut. Apalagi biota tematik yang dikonservasi di sini adalah kima yang sangat sensitif terhadap polusi air.

Kawasan ini mencakup perairan di lima desa yaitu Desa Nii Tanasa, Desa Tolitoli, dan Desa Wawobungi di wilayah Kecamatan Lalonggasu Meeto; dan Desa Waworaha dan Desa Soropia di wilayah Kecamatan Soropia.

"Saat ini sudah ada 6 resort, villa, dan penginapan di dalam kawasan ini, dan satu resort investasi asing. Jadi kawasan ini sudah berhasil menarik investor, dan kini menjadi kawasan wisata internasional. Setiap resort dan penginapan itu setiap bulan dikunjungi 500-1000 tamu. Jika setiap tamu itu, setiap hari mengeluarkan Rp 50 ribu saja ke masyarakat sekitar, itu kan sudah menghidupkan ekonomi rakyat," ujar Habib Nadjar, pekerja masyarakat yang mengubah kawasan ini menjadi kawasan konservasi laut berbasis rakyat, dari semula hanya berupa perkampungan nelayan pedalaman yang terpencil.

Menurut Habib, pemerintah provinsi juga telah mengakui kawasan ini sebagai zona konservasi seperti yang tertuang dalam Perda RTRW Nomor 9 tahun 2018 Provinsi Sulawesi Tenggara. 

'Lagi pula di dua kecamatan ini juga tidak ada tambang. Jadi buat apa pelabuhan tambang dibangun di sini," ujar Habib.

Perawatan Kima
Taman Konservasi Kima Tolitoli Labengki

Dirintis oleh Habib Nadjar Buduha dan kawan-kawan sejak 2009, Taman Laut Kima Tolitoli kini telah berkembang pesat.

Mula-mula kawasan konservasi mandiri hasil swadaya lokal ini, hanya menyimpan koleksi ratusan kima berbagai jenis pada awal masa berdiri. 

Koleksi-koleksi awal itu didapat setelah mereka berburu kima di berbagai lokasi, seperti di Wakatobi, Banggai Laut, dan Raja Ampat, dan kemudian dilepasliarkan kembali di perairan sini. 

Kima-kima itu kemudian berkembang biak sendiri, dalam kawasan yang dijaga ketat, dan melarang adanya perburuan semua jenis kima dan terumbu karang.

Kini, sudah berkembang lebih 8.000 individu kima (giant clam) yang menyebar di kawasan konservasi perairan seluas sekitar 300 hektar.

Kawasan konservasi yang digagas Habib Nadjar ini mencakup dua wilayah yaitu Taman Konservasi Kima Tolitoli yang terletak di Kabupaten Konawe, dan Taman Konservasi Kima Labengki, yang terletak di Kepulauan Labengki, Kabupaten Konawe Utara. 

Kedua kawasan berjarak sekitar 30 kilometer, atau sekitar 1 jam perjalanan dengan kapal bermotor dari dermaga Desa Tolitoli. 

Keduanya biasa disebut dengan Taman Konservasi Kima Tolitoli Labengki (Tolitoli Labengki Giant Clam Conservation).

"Dari 9 jenis kima yang dikenali di seluruh dunia pada saat ini, 8 bisa ditemukan di sini. Dan 1 merupakan kima endemik Kepulauan Labengki," ujar Habib.

Kedelapan jenis kima itu adalah Kima Raksasa (giant clam/Tridacna gigas), Kima Selatan (southern giant clam/Tridacna derasa), Kima Kecil (small giant clam/Tridacna crocea), Kima Kunia (boring clam/Tridacna maxima), Kima Sisik (fluted clam/Tridacna squamosa), Kima Tapak (bear paw clam/Hippopus hippopus), Kima Porselen (china clam/Hippopus porcelannus), dan Kima Labengki (labengki giant clam/Tridacna kimaboe) yang merupakan endemik Labengki.

Di kantor sekretariat Taman Laut Kima Tolitoli, di Desa Tolitoli, tersedia koleksi cangkang dari semua jenis kerang besar tersebut. 

Sedang bila ingin melihat langsung di alam liar, harus melakukan penyelaman dengan scuba atau dengan snorkeling.

Kima yang merupakan biota feeder filter membutuhkan perairan yang bersih dan bening untuk bisa hidup dan berkembang. 

Lingkungan perairan yang relatif masih bersih di Konawe, yang membuat kima-kima ini bisa berkembang cepat.

Sehingga, adanya pertambangan nikel yang bisa menyebabkan perairan sekitar menjadi keruh sangat ditentang warga setempat, karena akan menjadi ancaman utama bagi keberadaan ekosistem kima di Tolitoli dan Labengki.

"Selain konservasi kima, kami di sini juga melakukan konservasi terumbu karang. Itu malah yang paling utama. Karena terumbu karang kan rumah bagi kima untuk bisa hidup," ujar Habib Nadjar.

Menurut Habib Nadjar, sejak kawasan ini menjadi kawasan konservasi kima, berbagai dampak positif kini telah dirasakan masyarakat setempat.

Selain kini kawasan perairan Kecamatan Lalonggasu Meeto dan Kecamatan Soropia telah berkembang menjadi destinasi wisata laut, juga nelayan setempat kini menjadi lebih mudah dalam mencari ikan, karena terumbu karang sekitar kini lebih terawat, di huni banyak ikan, dan terlindungi dari berbagai praktek negatif penangkapan ikan ilegal.  

"Kalau setiap desa ada 300 keluarga nelayan saja, berarti ada lebih 1.500 keluarga nelayan yang menggantungkan hidup di sini," ujar Habib.

(Pengunjung pelajar | Foto: Sukaselam.com)



Destinasi Selam Kima Terbaik

Habib Nadjar adalah inspirator upaya konservasi kerang besar di Indonesia.

Sejak dia membuka Taman Laut Kima Tolitoli pada tahun 2009, kini semakin banyak upaya konservasi serupa di berbagai daerah di Indonesia.

Seperti di Natuna (Kawasan Konservasi Kima Natuna), Bintan (Kawasan Konservasi Kima Pulau Mapur), Gorontalo (Kawasan Konservasi Kima Biluhu Timur), Bali (Kima Garden Nusa Dua di Pantai Pandawa), Takabonerate (Taman Konservasi Kima Pulau Tinabo), Ambon (Taman Konservasi Kima Morela), dan lain-lain.

Namun, dari berbagai upaya konservasi itu, --yang konsisten, serius, dan paling lengkap koleksinya adalah Taman Laut Kima Tolitoli. 

"Kami bahkan sudah dikenali para scientist yang ingin meneliti kima. Mereka pasti akan datang ke sini, baik peneliti luar maupun peneliti kita. Karena koleksi kami yang paling lengkap dan paling banyak " ujar Habib Nadjar. 

Berbagai anak sekolah di sekitaran Kendari dan Sulawesi Tenggara juga menjadikan sekretariat Taman Laut Kima Tolitoli sebagai tempat belajar mengenal kima dan dunia bawah laut. 

Menurut Habib Nadjar saat ini juga sudah tersedia 2 dive center di kawasan ini. 

Yang menyediakan guide dan alat selam bagi penyelam yang ingin bertemu kima di alam liar. Yaitu di sekretariat Taman Laut Kima Tolitoli dan di Wowo Ventures Resort. 

Sedang di Taman Laut Kima Labengki juga sudah tersedia 1 dive operator yakni dari Pokdarwis setempat.

(Habib Nadjar dan pengunjung)

Menurut Habib Nadjar, kima biasa hidup pada kedalaman 1-20 meter, sehingga lebih cocok dinikmati dengan scuba diving daripada snorkeling. 

Selain menawarkan penyelaman tujuan khusus untuk melihat kima, terumbu karang di Tolitoli juga subur dan menarik dijelajahi. 

"Secara umum karakter terumbu karang di sini seperti di Wakatobi, banyak dijumpai karang lunak (soft coral) berwarna-warni," ujar Nadjar.

Ada lima dive site yang selama ini telah populer dikunjungi penyelam di Taman Laut Kima Tolitoli. 

Yaitu situs selam Reef Besar 1, Reef Besar 2,  dan Reef Besar 3 yang ada di perairan Desa Nii Tanasa; situs Derasa di depan pantai Desa Wawobungi; dan situs Tombak One di pantai Desa Soropia.

Kelima situs selam ini menawarkan penyelaman terumbu karang subur, perairan bening dengan jarak pandang 10-30 meter, kedalaman 10-20 meter, arus kecil kurang 1 knot, dan topografi terumbu berupa dataran dengan jurang-jurang. 

Dihuni banyak ikan terumbu karang dan tentu berbagai spesies kima. ***

Wahyuana

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar