Rabu, 05 Juni 2024

Mungkin Kita Akan Hadapi Coral Bleaching Lebih Parah Pada Musim Kemarau Ini

(Pemutihan karang. Foto: istimewa)

SUKASELAM.COM, Jakarta – Empat bulan terakhir ini. Dunia dihebohkan dengan fenomena pemutihan karang (coral bleaching) massal di berbagai wilayah. Pemutihan karang ini terjadi akibat ada peningkatan suhu laut global dalam satu tahun terakhir ini, sejak Februari 2023.

Ekosistem terumbu karang di Great Barrier Reef, Australia, dan di Costa Dos Corias, Brasil, diberitakan yang menderita paling parah. Bahkan, lebih 80 persen koloni karang di Great Barrier Reef bagian selatan dikabarkan oleh otoritas pengelola mengalami pemutihan karang massal.

Pemutihan karang ini terjadi tidak hanya menyerang pada spesies karang keras (hard coral) seperti yang biasa kita lihat, namun juga menyerang pada spesies karang lunak (soft coral).

NOAA Coral Reef Watch, lembaga pemantau ekosistem laut berbasis teknologi satelit milik pemerintah Amerika Serikat, melaporkan fenomena pemutihan karang dalam satu tahun terakhir ini juga ditemui pada ekosistem terumbu karang pada setidaknya 53 negara di dunia.

Namun, di tengah histeria global akan fenomena pemutihan karang massal ini, terumbu karang di perairan Indonesia tampak baik-baik saja. Tidak seheboh di tempat lain.

Menurut sejumlah laporan, ekosistem terumbu karang di Indonesia juga mengalamoi coral bleaching dalam beberapa bulan terakhir ini, namun tidak separah seperti di Great Barrier Reef.

Laporan di bulan Mei 2024 dari berbagai lembaga di bawah Kementrian Kelautan dan Perikanan, menyebut pemutihan terjadi di beberapa situs selam seperti di Sunset Reef dan Bounty Wreck di Gili Trawangan dan Gili Meno antara 25%-50%, juga ditemui di situs selam Istana Mini dan Lava Flow, Banda Neira, kurang dari 25%. Peneliti dari IPB University pada Desember 2023 melaporkan menemukan pemutihan karang lebih 50% di Kepulauan Seribu, Jakarta, pada situs selam APL Pramuka  dan juga pulau-pulau kecil lain di Kepulauan Seribu.

Beberapa guide selam dan operator wisata selam di Bali, juga melaporkan adanya pemutihan karang di beberapa situs selam di Nusa Penida seperti di PED dan Toyapakeh. Jaringan para petani karang yang dikelola Yayasan Terangi juga melaporkan ada pemutihan di Serangan Point. Sedang sejumlah citizen science juga melaporkan melalui media sosial, pemutihan karang juga ditemukan di beberapa lokasi di perairan Sumbawa, seperti pada situs selam Gosong Batang.

Namun, semua laporan tidak ada yang sampai mendefinisikan temuannya sebagai fenomena pemutihan karang massal, karena kebanyakan masih dibawah 50%, bahkan sebagian besar di bawah 25%. Sebagian besar temuan, berupa pemutihan karang pada koloni karang tunggal.

Mengapa terumbu karang di Indonesia tidak mengalami coral bleaching parah, sedang pada saat bersamaan ekosistem terumbu karang di tempat-tempat lain di dunia mengalami coral bleaching massal parah dalam empat bulan terakhir?

Menurut Profesor Therry Hughes, peneliti yang banyak meneliti terumbu karang Great Barrier Reef, dalam pertanyaan Sukaselam di akun X, karena pada saat coral bleaching massal dalam 4 bulan terakhir ini, sebagian besar wilayah di Indonesia masih dalam musim hujan, sehingga dampak pemanasan global tidak terlalu parah terhadap suhu permukaan laut di Indonesia.

Kini, sejak awal Mei bulan lalu, sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki iklim kemarau. Laporan dari BMKG mengatakan puncak musim kemarau tahun ini akan terjadi pada sekitar bulan Agustus.

Suhu permukaan laut pada saat musim kemarau biasanya akan meningkat 0,5-2 celcius.

Peningkatan suhu permukaan laut pada musim kemarau ini, dan ditambah masih berlangsung suhu global planet bumi yang meningkat sejak 2023 hingga diprediksi masih akan berlangsung sepanjang 2024, membuat perkiraan tentang kemungkinan terjadinya peningkatan pemutihan karang massal di perairan Indonesia selama musim kemarau ini.

Menyusul fenomena coral bleaching yang terjadi pada banyak ekosistem di dunia pada empat bulan terakhir ini yang parah dan luas.

Wahyuana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar