![]() |
Terumbu lamun (seagrass reef) di Raja Ampat (Foto: www.papuaparadise.com) |
Tak sepenuhnya keliru juga sih dengan komentar itu, karena
kalau kita menyelam di terumbu lamun di Kepulauan Seribu, Jakarta, dan Ujung
Kulon, Banten, kebanyakan padang lamun memang tumbuh di perairan dengan visibility rendah. Meskipun, tak seburuk
visibility di area bakau (manggrove).
Karena ekosistem lamun di
kedua spot selam tempat mainnya penyelam-penyelam Jakarta dikala libur akhir
pekan itu, memang kebanyakan tumbuh di terumbu dangkal, kedalaman 1-3 meter
saja, dengan subtrat terumbu berupa pasir putih bercampur lumpur laut dan
pecahan karang.
Sekali kena efek kayuhan fin yang sembrono, substrat pasir putih itu akan berhamburan mengakibatkan visibility perairan berubah buram.
Namun, komentar itu juga tak sepenuhnya benar sih. Karena di
perairan tropis Indonesia yang maha luas ini, ada banyak terumbu lamun dengan visibility sangat bening.
Sehingga layak diselami, atraktif, dan menarik dijadikan tema destinasi wisata selam.
Jarang-jarang lho di dunia ini spot selam padang lamun.
Sehingga layak diselami, atraktif, dan menarik dijadikan tema destinasi wisata selam.
Jarang-jarang lho di dunia ini spot selam padang lamun.
Mempopulerkan Selam Lamun
Tulisan ini
lebih ditujukan kepada para pemandu wisata selam (dive guide) dan operator-operator wisata selam (dive operator) di Indonesia, agar lebih
memberi perhatian dan mengembangkan inovasi wisata selam baru yakni selam
rekreasi pada terumbu lamun.
Guna untuk meningkatkan perhatian dan kepedulian (awareness) masyarakat, terutama para penyelam,
pada ekosistem terumbu lamun.
Terumbu lamun
sebenarnya seperti juga karakter terumbu karang. Ia sangat sensitif mengalami resiko kerusakan, jika terjadi
aktivitas penyelaman rekreasi secara berlebihan.
Namun, saat ini, jangankan
untuk resiko degradasi akibat penyelaman rekreasi, untuk tahu adanya ekosistem terumbu
lamun pun, pengetahuan masyarakat Indonesia masih kurang.
Bahkan, dari survey ringan yang dilakukan penulis melalui sosial media, menemukan bahwa 90 persen
orang Indonesia saat ini: tidak tahu apa itu terumbu lamun, belum pernah melihat
lamun di laut, dan tidak tahu perbedaan antara tumbuhan lamun (seagrass) dengan rumput laut (seaweed).
Sehingga
masih diperlukan upaya-upaya membangun pengetahuan masyarakat akan adanya ekosistem
terumbu lamun di laut, salah satunya melalui mengembangkan minat wisata selam
terumbu lamun.
Untuk itu,
operator wisata selam dan para pemandu wisata selam merupakan ujung tombak upaya itu.
Juga perlu
diketahui oleh para penyelam, bahwa situs-situs selam terumbu karang yang bagus, biasanya
terletak terlindungi ekosistem lamun.
Sehingga lamun juga berperan penting untuk menjaga keberadaan ekosistem terumbu karang.
Sehingga lamun juga berperan penting untuk menjaga keberadaan ekosistem terumbu karang.
Situs Selam Lamun
Pulau Birie
di kawasan selatan Selat Dampier, Raja Ampat, saat ini merupakan satu-satunya
destinasi wisata selam terumbu lamun paling populer di Indonesia.
Terutama di situs selam Birie House Reef dan Birie Open Water.
Terutama di situs selam Birie House Reef dan Birie Open Water.
Pulau kecil
ini dapat ditempuh sekitar 3 – 4 jam dengan perahu motor cepat dari dermaga
Pelabuhan Waisai, Raja Ampat.
Terumbu lamun yang tumbuh di sekeliling Pulau Birie sebenarnya juga tidak terlalu tebal. Namun karena terletak di tengah perairan yang sangat bening, jarak pandang 20 – 30 meter, sehingga sangat ideal untuk lokasi penyelaman rekreasi.
Terumbu lamun yang tumbuh di sekeliling Pulau Birie sebenarnya juga tidak terlalu tebal. Namun karena terletak di tengah perairan yang sangat bening, jarak pandang 20 – 30 meter, sehingga sangat ideal untuk lokasi penyelaman rekreasi.
Lamun di sekeliling Pulau Birie, di beberapa lokasi,
juga tumbuh hingga kedalaman lebih 5 meter.
Sehingga cukup menantang untuk dijelajahi, dan cocok untuk setiap level penyelam.
Sehingga cukup menantang untuk dijelajahi, dan cocok untuk setiap level penyelam.
Beragam spesies biota laut bisa
ditemui di terumbu lamun sekitar Pulau Birie, dari penyu hijau, kuda laut kerdil, ikan pipa, cumi,
kepiting, siput laut, duyung, hingga ular laut.
Meski untuk bertemu duyung, hanya keberuntungan yang bisa memastikannya.
Meski untuk bertemu duyung, hanya keberuntungan yang bisa memastikannya.
Sedangkan di
lokasi-lokasi lain di Raja Ampat, seperti di Atol Wayag, perairan Waisai, Pulau Mansuar, dan sekitar Pulau
KRI, juga banyak ditemui terumbu lamun, namun belum populer sebagai
lokasi wisata selam lamun.
Sedang di luar
kawasan Kepulauan Raja Ampat, penyelaman rekreasi terumbu lamun juga belum populer.
Padahal, juga memungkinkan untuk dikembangkan dan bisa menarik minat wisatawan selam.
Padahal, juga memungkinkan untuk dikembangkan dan bisa menarik minat wisatawan selam.
Diantaranya di Alor
(sekitar Pulau Pura dan Pulau Ternate), Bunaken (sekitar Pulau Mantehage), Wakatobi
(sekeliling Pulau Kaledupa), Teluk Sekotong Lombok (sekitar Pantai Ela-Ela),
dan sekitar kawasan Pulau Kokoya Morotai.
Ekosistem
lamun di Kepulauan Natuna, Anambas, Bintan, dan Pulau Batam, pada awal 2000-an banyak
mendapatkan perhatian dunia internasional. Berbagai upaya konservasi lamun dilakukan
di wilayah ini. Setelah ada keprihatinan atas musnahnya duyung dan ekosistem
lamun di sebagian besar kawasan Laut China Selatan bagian utara, dan yang tersisa
tinggal ekosistem lamun di kawasan Laut Natuna dan Laut Natuna Utara.
Namun,
upaya-upaya konservasi lamun itu belum terdengar kabar keberhasilannya.
Syarat
padang lamun dapat dijadikan situs selam rekreasi, yakni pertama terletak pada perairan jernih (jarak pandang lebih 10
meter), kedua tak beraurus, ketiga tumbuh subur hingga kedalaman
lebih 3 meter, dan keempat lokasi penyelaman gampang
diakses baik dengan snorkeling maupun scuba diving.
Sejak 2016,
Kementrian Kelautan dan Perikanan, bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, World Wide Fund Indonesia, dan jaringan lembaga swadaya masyarakat internasional Dugong & Seagrass Conservation Projects (DSCP) telah
mengembangkan sejumlah proyek konservasi terumbu lamun di beberapa tempat di Indonesia.
Lokasi-lokasi
konservasi terumbu lamun yang dikelola melalui proyek DSCP Indonesia ini, juga
menarik untuk dikunjungi sebagai destinasi wisata selam terumbu lamun.
Proyek konservasi lamun DSCP Indonesia diantaranya dilakukan di Alor, Nusa Tenggara Timur: yakni
di pantai Desa Kabola dan Desa Pante Deera, Kecamatan Kabola, dan Desa Manuseli
Kecamatan Pantar; Kotawaringin,
Kalimantan Barat; Bintan, Kepuluauan
Riau; dan Toli-toli, Sulawesi
Tengah.
Khusus di
Pulau Bintan, DSCP Indonesia bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat bahkan telah
sukses mengembangkan zona-zona konservasi lokal yang diberi nama Daerah Perlindungan Padang Lamun (DPPL) di empat
desa.
Yakni DPPL di Desa Pengudang Kecamatan
Teluk Sebong, Desa Berakit Kecamatan
Teluk Sebong, Desa Malang Rapat
Kecamatan Gunung Kijang, dan Desa Teluk
Bakau Kecamatan Gunung Kijang.
Terumbu
karang tepi di sekeliling pulau-pulau kecil di perairan Desa Teluk Bakau, Kecamatan Gunung
Kijang, selama ini juga sudah populer menjadi tujuan penyelaman favorit di Bintan.
Memang tidak ada
jaminan menyelam di lokasi-lokasi di atas akan bertemu dengan mamalia laut duyung.
Namun sangat berpeluang besar, karena lamun tumbuh subur, terlindungi, dan terjaga di lokasi-lokasi diatas. Sehingga sangat mungkin dihuni keluarga duyung.
Namun sangat berpeluang besar, karena lamun tumbuh subur, terlindungi, dan terjaga di lokasi-lokasi diatas. Sehingga sangat mungkin dihuni keluarga duyung.
Lamun vs Rumput Laut
Para
penyelam sering cuek saja atau bingung
membedakan antara lamun dengan rumput laut.
Karena keduanya sama-sama sering
kita jumpai tumbuh di pinggir pantai di kedalaman dangkal, tumbuh di atas terumbu pasir dan pecahan karang, dan sering kita abaikan
dan injak-injak saja ketika turun menyelam dengan beach dive entry.
Padahal keduanya sangat berperan penting dalam rantai makanan ekosistem laut dan menjaga
kejernihan perairan laut.
Berikut ini gambar dan tabel penjelasan perbedaan dan persamaan antara lamun dan rumput laut.
Berikut ini gambar dan tabel penjelasan perbedaan dan persamaan antara lamun dan rumput laut.
Lamun vs Rumput Laut
Lamun (seagrass)
|
Rumput Laut (seaweed)
|
Tumbuhan
|
Alga
|
Memiliki organ seperti tumbuhan biasa, yakni berupa akar,
daun, batang, bahkan meski hidup di dalam air tetap berbunga
|
Tubuh berupa thallus yakni perpaduan akar, daun, dan batang
yang terangkai jadi satu
|
Warna hijau
|
Warna hijau, merah, cokelat
|
Berfotosintesis
|
Menyerap nutrisi berupa fosfor dan nitrogen
|
Tumbuh di pesisir, berperan penting dalam rantai makanan
ekosistem laut
|
Tumbuh di pesisir, berperan penting dalam rantai makanan
ekosistem laut
|
Di seluruh
dunia tercatat 58 jenis lamun, 12 diantaranya telah teridentifikasi tumbuh di Indonesia.
Diantara yang paling sering ditemui di Indonesia: Lamun Duyung (Thalassia hemprichii) paling banyak ditemui di seluruh perairan di Indonesia
dan merupakan makanan kesukaan duyung, Lamun Tropis (Enhalus acoroides), Lamun Ujung Bulat (Cymodocea rotundata),
Lamun Daun Bergigi (Cymodocea serrulata) sering ditemui tumbuh berakulturasi
di area hutan bakau, dan Lamun Sendok (Halophila ovalis).
Dalam bahasa nelayan Indonesia, lamun
mempunyai banyak sebutan dalam bahasa daerah masing-masing diantaranya: lamun (Jawa, Sunda,
Banten), rumput setu (Bintan, Kepulauan Riau), rumput pama (Kepulauan Seribu),
samo-samo (Suku Bajo), rumput anang (Sulawesi), rumput lela (Lombok).
Dari Duyung Hingga Kuda Laut
Lamun saat
ini dianggap tumbuhan paling favorit di dunia. Tumbuhan paling keren dan penting.
Karena dari riset
para peneliti, lamun diketahui mampu menyerap dan mengonsumsi Karbon (C) melebihi kemampuan
tumbuh-tumbuhan lain.
Lamun dianggap mempunyai peran penting dan strategis dalam turut berperan mengatasi meningkatnya kandungan Karbon di udara, dan mengatasi ancaman pemanasan global (climate change).
Lamun dianggap mempunyai peran penting dan strategis dalam turut berperan mengatasi meningkatnya kandungan Karbon di udara, dan mengatasi ancaman pemanasan global (climate change).
Bertemu
dengan duyung atau dugong (Dugong dugon)
yang selalu menjadi impian setiap penyelam rekreasi ketika hendak menyelam di area terumbu
lamun. Namun itu tidak gampang terjadi.
Selain populasi duyung yang saat ini semakin
menipis –meskipun belum ada penelitian kuat tentang perkiraan populasi duyung di
perairan Indonesia saat ini maupun di masa lalu—juga sifat duyung yang pemalu
dan selalu waspada setiap ada gerakan asing yang datang di lingkungan sekitarnya.
Begitu
penyelam datang, biasanya duyung akan segera bergerak pergi.
Bahkan, ketika penyelaman malam pun, mereka masih tetap sensitif dan selalu tetap waspada.
Bahkan, ketika penyelaman malam pun, mereka masih tetap sensitif dan selalu tetap waspada.
Sebaiknya pemandu
selam dan operator selam (dive operator)
tidak menjanjikan bertemu duyung ketika menjual paket-paket wisata selam
terumbu lamun. Agar konsumen tidak merasa terkecoh.
Agar paket penyelaman tetap menarik, pemandu selam bisa
menerangkan biota-biota laut menarik lain, selain duyung, yang bisa ditemukan
dalam penyelaman di terumbu lamun.
Seperti penyu hijau, belut laut, cumi, kuda laut, kepiting,
teripang, dan gurita.***
SS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar